Beranda | Artikel
Zikir Menggapai Ketenangan dengan Keridaan
Rabu, 11 September 2024

Kadang kita berpikir untuk menginginkan ketenangan batin dari sebuah tempat yang tenang, tanpa hiruk pikuk kendaraan, ataupun suara orang-orang melintas. Kemudian membayangkan duduk di sebuah taman yang sepi, mendengar gemericik air, dan merasakan lembutnya angin menyentuh kulit. Di saat-saat seperti inilah, kita menganggap bahwa kita sedang merasakan ketenangan sejati yang tak ternilai harganya.

Namun, ketenangan yang lebih dalam dan benar-benar bermakna, serta sarat akan pahala dapat kita raih dengan satu zikir sederhana, namun penuh makna, yaitu:

“رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا”

“RADHITU BILLAHI RABBA, WA BIL ISLAMI DINA, WA BI MUHAMMADIN NABIYYA”

Aku rida Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi.”

Zikir ini merupakan kunci menuju ketenangan hati dan jiwa. Melalui zikir ini, kita mengikrarkan penerimaan sepenuh hati terhadap Allah, Islam, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada kedamaian yang sejati.

Setiap bagian dari zikir ini mengandung makna yang luas dan mendalam, yang jika kita resapi dan amalkan, dapat menuntun kita kepada kehidupan yang lebih tentram dan penuh berkah, insyaAllah

Rida kepada Allah sebagai Rabb

Keridaan kepada Allah sebagai Rabb berarti menerima dan mengakui keesaan dan kekuasaan-Nya sebagai satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. Tauhid rububiyyah adalah fondasi utama yang menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah dan berada di bawah kendali-Nya. Ketika kita meresapi makna ini, kita akan merasa tenang karena mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.

Allah Ta’ala berfirman,

ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَٱعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 102)

Rida kepada Allah sebagai Rabb juga mengandung makna ketundukan dan kepatuhan secara totalitas kepada perintah dan larangan-Nya. Seseorang yang rida kepada Allah akan selalu berusaha menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya, karena ia yakin bahwa aturan-aturan Allah adalah yang terbaik untuknya. Ketika kita patuh kepada Allah, kita akan merasakan kedamaian dalam hati karena kita tahu bahwa kita berada di jalan yang benar dan diridai oleh-Nya.

Selain itu, rida kepada Allah juga berarti menerima segala takdir dan ketentuan-Nya dengan ikhlas. Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan, namun seorang yang rida kepada Allah akan selalu bersabar dan bersyukur dalam setiap keadaan. Ia percaya bahwa setiap ujian adalah bentuk kasih sayang Allah untuk menguji keimanan dan mengangkat derajatnya. Dengan sikap ini, kita akan merasa tenang dan yakin bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang indah.

Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati, kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)

Saudaraku, rida kepada Allah sebagai Rabb mencerminkan kepercayaan penuh dan rasa aman yang datang dari keyakinan bahwa Allah adalah pelindung dan penolong kita. Ingatlah bahwa dalam setiap doa dan zikir, kita mengingat kebesaran dan keagungan-Nya, yang membuat hati kita tenang dan jauh dari kekhawatiran. Dengan rida kepada Allah, kita menemukan kedamaian yang sejati, karena kita tahu bahwa hidup kita berada dalam genggaman-Nya yang penuh kasih.

Rida kepada Islam sebagai agama

Rida kepada Islam sebagai agama berarti menerima dan mengakui bahwa Islam adalah satu-satunya jalan hidup yang benar dan sempurna. Islam memberikan panduan lengkap untuk setiap aspek kehidupan, mulai dari ibadah, akhlak, hingga muamalah. Ketika kita rida kepada Islam, ia akan menjalankan ajaran agama ini dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan, karena ia yakin bahwa Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.

Menerima Islam sebagai agama juga berarti mengakui dan mengamalkan syariat yang terkandung di dalamnya. Syariat Islam memberikan petunjuk yang jelas tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang, serta bagaimana seharusnya kita berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan.

Allah Ta’ala berfirman,

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ

“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)

Rida kepada Islam juga berarti menjadikan ajaran-ajaran dari agama mulia ini sebagai pedoman dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Islam mengajarkan kita untuk selalu bersikap sabar, ikhlas, dan tawakal dalam setiap keadaan. Ajaran-ajaran ini bukan hanya membuat kita lebih kuat secara mental, tetapi juga memberikan ketenangan dan kepercayaan diri bahwa kita mampu menghadapi segala cobaan dengan bantuan Allah.

Keridaan terhadap Islam sebagai agama juga mencakup kecintaan dan kebanggaan kita terhadap agama ini. Keridaan kita terhadap Islam sebagai agama kiranya dapat diwujudkan dari usaha untuk selalu menampilkan citra yang baik dari agama ini melalui akhlak yang mulia dan perbuatan yang baik sehingga kita dapat menyebarkan kedamaian dan kebaikan kepada orang-orang di sekitar kita.

Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad, 2: 381; dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Rida kepada Muhammad sebagai Nabi

Keridaan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi berarti mengakui beliau sebagai rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk membawa petunjuk dan risalah-Nya, serta berkomitmen untuk mengikuti petunjuk sunahnya dalam menjalani kehidupan duniawi, apalagi ukhrawi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang harus kita teladani dalam segala aspek kehidupan. Rida kepada beliau berarti kita menerima dan mengikuti ajaran-ajaran yang beliau sampaikan, yang merupakan bagian dari wahyu Allah Ta’ala.

Mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk nyata dari keridaan kita kepada beliau. Sunah mencakup segala ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi dalam berbagai situasi. Dengan mengikuti sunah, kita meneladani cara hidup yang telah Allah ridai dan janjikan pahala besar. Ini memberikan ketenangan dan kepastian bahwa kita berada di jalan yang benar dan diridai oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.`” (QS. Ali-Imran: 31)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Rida kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga berarti mencintai dan menghormati beliau dengan sepenuh hati. Kecintaan ini diwujudkan melalui selawat dan salam yang kita kirimkan kepada beliau, serta membela kehormatan beliau dari segala bentuk penghinaan dan fitnah. Kecintaan kepada Nabi akan menumbuhkan rasa kedekatan dan ketenangan dalam hati kita, karena kita mengikuti jejak langkah seorang hamba yang paling dicintai oleh Allah.

Adalah komitmen sebagai seorang umat Rasulullah ketika kita mengambil peran dalam menyebarkan dan mempertahankan ajaran-ajaran beliau sesuai sunahnya. Seorang muslim yang rida kepada Nabi akan berusaha untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran Islam kepada orang lain, serta membela agama ini dari segala bentuk penyimpangan. Mudah-mudahan, dengan sikap ini, kita dapat berkontribusi dalam menjaga dan menyebarkan kedamaian yang dibawa oleh Islam sehingga dapat menjadi bagian dari hamba Allah Ta’ala yang mendapat keridaan-Nya dan mendapat syafaat Nabi-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

***

Penulis: Fauzan Hidayat


Artikel asli: https://muslim.or.id/97536-zikir-menggapai-ketenangan-dengan-keridaan.html